Jadi teringat masa 14 tahun yang lalu....
Dulu aku kelas 3 SMA. Lagi horor-horornya menghadapi yang namanya UMPTN. Ada maklumat dari papi, "Kalau nggak masuk ke negeri, njahit aja ya...."
Aku tes UMPTN di Jogja. Sepulang dari Jogja, bisa-bisanya kulihat sebuah mesin jahit tepat di depan kamarku. Oh papi, bahkan aku baru aja nyampe. Belum pengumuman lagi. Masak udah nyiapin plan 2. Yang kurasa saat itu... marah dan dongkol!!!
Mungkin papi udah melihat emas itu didiriku. Tapi papi tidak ingin mematahkan semangatku yang baru berkobar saat itu. Kuliah dan ambil jurusan Matematika. Aku akhirnya lolos UMPTN. Kuliah, menikah, bekerja, punya anak.... Tapi papi tidak menyerah. Setelah aku menikah, mesin jahit itu diserahkan padaku. Aku terima saja mesin jahit itu meski selama 8 tahun menikah, aku tidak menyentuhnya.
Satu tahun terakhir aku jatuh cinta lagi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan craft, kain, dan kreatifitas, sesuatu yang duluuu sekali pernah menjadi perhatianku. Mesin jahit yang kumuseumkan kembali kugunakan. Kupanggil tukang servis, dan kumulai lagi dengan aktifitas jahit menjahit. Proyek pertama jadi. Gorden ala Mal Mel Craft.
Yang menjadi fokusku saat ini adalah patchwork. Pengen banget jadi ahli di bidang ini. Di Indonesia sudah ada sih, tapi belum banyak. Meski sekarang lagi mengerjakan masker dan clemek (apron), semoga aku tetap memiliki waktu di sela-sela aku mengurus suami, anak, tanaman sayur, dan pekerjaanku menjadi reporter di sebuah majalah.
Thanks Papi. Meski terlambat aku menyadari. Betapa hebatnya kau mendidikku tanpa memaksaku. Cara-cara halusmu menginspirasiku. Love U so much...
Dulu aku kelas 3 SMA. Lagi horor-horornya menghadapi yang namanya UMPTN. Ada maklumat dari papi, "Kalau nggak masuk ke negeri, njahit aja ya...."
Aku tes UMPTN di Jogja. Sepulang dari Jogja, bisa-bisanya kulihat sebuah mesin jahit tepat di depan kamarku. Oh papi, bahkan aku baru aja nyampe. Belum pengumuman lagi. Masak udah nyiapin plan 2. Yang kurasa saat itu... marah dan dongkol!!!
Mungkin papi udah melihat emas itu didiriku. Tapi papi tidak ingin mematahkan semangatku yang baru berkobar saat itu. Kuliah dan ambil jurusan Matematika. Aku akhirnya lolos UMPTN. Kuliah, menikah, bekerja, punya anak.... Tapi papi tidak menyerah. Setelah aku menikah, mesin jahit itu diserahkan padaku. Aku terima saja mesin jahit itu meski selama 8 tahun menikah, aku tidak menyentuhnya.
Satu tahun terakhir aku jatuh cinta lagi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan craft, kain, dan kreatifitas, sesuatu yang duluuu sekali pernah menjadi perhatianku. Mesin jahit yang kumuseumkan kembali kugunakan. Kupanggil tukang servis, dan kumulai lagi dengan aktifitas jahit menjahit. Proyek pertama jadi. Gorden ala Mal Mel Craft.
Yang menjadi fokusku saat ini adalah patchwork. Pengen banget jadi ahli di bidang ini. Di Indonesia sudah ada sih, tapi belum banyak. Meski sekarang lagi mengerjakan masker dan clemek (apron), semoga aku tetap memiliki waktu di sela-sela aku mengurus suami, anak, tanaman sayur, dan pekerjaanku menjadi reporter di sebuah majalah.
Thanks Papi. Meski terlambat aku menyadari. Betapa hebatnya kau mendidikku tanpa memaksaku. Cara-cara halusmu menginspirasiku. Love U so much...